LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGELOLAAN DAN
TEKNIK LABORATORIUM IPA
‘PENGENALAN DAN
PENGGUNAAN ALAT KIT IPA’
Oleh:
1.
Eka Adityanto (12315244004)
2.
Marta Asri Dewi (12315244009)
3.
Wahyu Mediana Armiyanti (12315244011)
4.
Wulan Ambar Pratiwi (12315244017)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012/2013
PENGELOLAAN DAN
TEKNIK LABORATORIUM IPA
‘PENGENALAN DAN
PENGGUNAAN ALAT KIT IPA’
A. Objective
1.
Mengetahui dan
mengenal alat-alat yang ada dalam KIT IPA (Kit Listrik)
2.
Mengetahui
teknik penyiapan dan penggunaan alat-alat tersebut dalam percobaan IPA sesuai
KTSP SMP/MTs
3.
Merangkai dan
rancang bangun percobaan-percobaan dengan alat KIT IPA
B.
Background
Pengelolaan laboratorium berkaitan
dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan
laboratorium, spesimen kimia,Bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di
laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan
laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.
Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa
terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium
selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga
keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi
kecelakaan.
Dalam pengadministrasian alat
dikenal istilah inventarisasi. Inventaris adalah sutu kegiatan dan usaha
untuk mnyediakan rekaman tentang keadaan semua fasilitas, barang-barang yang
dimiliki sekolah. Bagi SMP yang mempunyai
beberapa lab sangat penting untuk mendata fasilitas/menginventaris alat dan
bahan lab untuk kegiatan pembelajaran siswa. Dengan kegiatan invetarisasi yang
memadai akan dapat diperoleh pedoman untuki mempersiapan anggaran atau
memperisapkan kegiatan pada tahun yang akan datang.
Khususnya inventaris kit yang
digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran dikelas atau sebagai bahan
praktikum di laboratorium. Salah satu tujuan inventarisasi alat adalah untuk
mengetahui kelengkapan aksesoris dan kelayakan pakainya. Oleh sebab itu
praktikan melakukan praktikum inventarisasi pada kit alat optik.
C.
Basic Theory
Kit adalah satu set alat peraga yang siap untuk dirakit. Untuk
membantu pembelajaran IPA (Sains), disebut Seqip (Science Education Quality Improvement
Project).Untuk pembelajaran setingkat SMP/MTs, ada berbagai alat KIT misalnya
KIT Optik, KIT mekanika, KIT Listrik dan Magnet. Dari satu boks KIT, kita bisa
mendesain berbagai percobaan. Sebagai contoh dari boks KIT, dapat dibuat
percobaan penguraian cahaya, efek pembesaran dari kaca pembesar, dan lain-lain.
KIT Fisika Optik alat peraga yang membantu pemahaman mengenai cahaya,
pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, pelangi dan lainnya pada tingkat SMP.
Terdiri dari 27 item alat dan dilengkapi dengan buku penuntun percobaan.
Peralatan disimpan dalam wadah alat yang sesuai dengan alatnya dan dimasukan
kedalam box berwarna hijau.
Berikut ini adalah komponen dari KIT alat
optik:
1. Meja Optik
Meja miring dengan ukuran sekitar 200 x 120 x (100 dan 110) mm (p x
l x t), untuk mengamati lintasan cahaya, kompatibel dengan rel presisi. Bahan :
Aluminium tebal sekitar 2 mm (±0,1), dicat putih, anti gores.
2.
Rel Presisi
Pak isi 3 Bahan : Aluminium, powder coating/anodisasi warna hitam
Ukuran : panjang 500 mm; Lengkap dengan skala cm pada kedua sisi. Dipergunakan
untuk percobaan optik dan mekanika (kereta dinamika); Rel dapat disambung
dengan rel lain dan sambungan mulus.
3.
Penyambung Rel
Pak isi 2 Bahan : Plastik (
ABS), warna hitam Ukuran : 195 x 70 x 20,5 mm Digunakan untuk menyambung Rel
Presisi. Dilengkapi bantalan karet pada kaki-kakinya.
4.
Kaki Rel
Pak isi 2 Bahan : Plastik ( ABS), warna hitam Ukuran : 50 x 70 x
20,5 mm. Digunakan sebagai dudukan Rel Presisi. Dilengkapi bantalan
karet pada kaki-kakinya.
5.
Lampu Cadangan,
12 V/18 W
Pak isi 4Model kapsul dengan panjang sesuai untuk rumah
lampu.Tempat Lampu Bertangkai Bahan : Plastik (ABS) warna hitam, tempat
memasang lampu 12 V, 18 W.Di dalam tempat lampu tidak ada bahan bersifat
reflector. Ukuran Bingkai : 129 x 100 mm, dengan tiang penyangga dia. 8 mm.
Lengkap dengan lampu 12 V; 18 W. Dapat dipasang dengan baik pada tumpakan
berpenjepit; rumah dapat diputar untuk mendudukan posisi filament lampu menjadi
vertikal.
6.
Pemegang Slaid
Diafragma
Bahan : Plastik ( ABS) dengan tiang penyangga dia. 8 mm, warna
hitam. Ukuran
Bingkai : 129 x 100 mm. Digunakan untuk memegang diafragma pada dua sisi. Kompatibel dengan
tumpukan berpenjepit.
Jepitan diafragma kuat dan akurat. Dilengkapi sepasang penutup celah.
7.
Diafragma, 5
celah
Bahan : Plastik ABS (tahan terhadap panas dan kaku), warna hitam. Ukuran
: 50 x 50 x 1,5 mm (pxlxt), lebar celah 1 mm, celah rapi dan lurus, kompatibel
dengan pemegang slaid diafragma.
8.
Diafragma, 1
celah
Bahan : Plastik ABS (tahan terhadap panas dan kaku), warna hitam.Ukuran
: 50 x 50 x 1,5 mm (pxlxt), lebar celah 1 mm, celah rapi dan lurus, kompatibel
dengan pemegang slaid diafragma.
9.
Diafragma Anak
Panah
Bahan : Plastik ABS (tahan terhadap panas dan kaku), warna hitam. Ukuran
: 50 x 50 x 1,5 mm (p x l x t), celah rapi dan lurus. Anak panah tinggi
10 mm terletak ditengah, kompatibel dengan pemegang slaid diafragma.
10. Layar Translusen
Bahan : Plastik translusen dengan tiang penyangga dia. 8 mmUkuran
sekitar: 110 x 100 mm, tebal 1,5 mm, membentuk bidang datar. Dapat terpasang /
dilepas secara mudah pada tumpakan berpenjepit.
11. Lensa, +50 mm
Lensa : Optical Glass, panjang fokus lensa + 50 mm. Bahan bingkai
dari plastik ABS warna hitam dengan tiang penyangga dia. 8 mm. Ukuran Bingkai
sekitar: 110 x 100 mm. Kompatibel dengan tumpakan berpenjepit. Lensa terpasang
dengan kokoh tidak mudah lepas.
12. Lensa, +100 mm
Lensa : Optical Glass, panjang fokus lensa + 100 mm. Bahan bingkai
dari plastik ABS warna hitam dengan tiang penyangga dia. 8 mm. Ukuran Bingkai
sekitar : 110 x 100 mm. Kompatibel dengan tumpakan berpenjepit. Lensa terpasang
dengan kokoh tidak mudah lepas.
13. Lensa, +200 mm
Lensa : Optical Glass, panjang fokus lensa + 200 mm. Bahan bingkai
dari plastik ABS warna hitam dengan tiang penyangga dia. 8 mm. Ukuran Bingkai
sekitar: 110 x 100 mm. Kompatibel dengan tumpakan berpenjepit. Lensa terpasang
dengan kokoh tidak mudah lepas.
14. Lensa, -100 mm
Lensa : Optical Glass, panjang fokus lensa -100 mm. Bahan bingkai
dari plastik ABS warna hitam dengan tiang penyangga dia. 8 mm. Ukuran Bingkai
sekitar: 110 x 100 mm. Kompatibel dengan tumpakan berpenjepit. Lensa terpasang
dengan kokoh tidak mudah lepas.
15. Tumpakan Berpenjepit
Pak isi 4 Bahan : Plastik polycarbonate, warna hitam. Dilengkapi
pengatur sudut untuk mendudukan posisi lensa pada rel presisi. Terdapat
tuas yang bila ditekan maka tumpakan berpenjepit dapat bergerak lancar, bila
tidak ditekan maka tumpakan berpenjepit tak dapat digerakan. Lubang pada
tumpakan kompatibel
dengan batang penyangga sistem dia. 8 mm.
16. Kaca ½ Lingkaran
Bahan : Gelas Optik, semua permukaan dipoles (bening) atau buram
salah satu sisi. Ukuran : R 30 x 30 (tebal) mm.
17. Prisma Siku-siku
Bahan : Gelas Optik, semua permukaan dipoles (bening) atau buram
salah satu sisi. Ukuran : 43, 5 x 30 mm, 90° x 45° x 45°
18. Model Lensa Bikonvak
Bahan : Gelas Optik, semua permukaan dipoles (bening) atau hanya
satu bagian dasar buram (tidak dipoles), dapat dikombinasikan dengan lensa Bikonkaf. Ukuran
: 60 x 15 mm, R60.
19. Cermin Kombinasi
Bahan : Plastik ABS diverkrom. Panjang fokus ±
60 mm, panjang setiap sisi ± 60 mm tebal ± 15 mm. Berfungsi sebagai cermin
cekung, cembung dan datar, permukaan cermin mengkilap rata.
20. Lensa Bikonkaf
Bahan : Gelas Optik, semua permukaan dipoles (bening) atau buram
salah satu sisi. Ukuran : 60 x 19 x 15 mm, R60. Radius bikonkaf dan
radius bikonvex sesuai, tidak ada celah bila digabungkan
21. Balok Kaca
Bahan : Gelas Optik, semua permukaan dipoles (bening) atau buram
salah satu sisi. Ukuran : 60 x 40 x 20 mm.
22. Pemegang lilin
Bahan : Plastik ABS Ukuran : Dia. 55 mm, tinggi 19 mm.
23. Bak Persegi Panjang
Bak pastik bening ukuran 60x30x30 mm (pxlxt) tebal 1,2 mm,
digunakan untuk menentukan indek bias zat cair. Bahan PMMA.
24. Bak Bujur Sangkar
Bak pastik bening ukuran 60x60x30 mm (pxlxt) tebal 1,2 mm,
digunakan untuk menentukan indek bias zat cair. Bahan PMMA.
25. Buku Panduan Penggunaan Alat
Dalam Bahasa Indonesia, dicetak dan dijilid rapi, terdiri dari 21
(dua puluh satu) eksperimen/percobaan berbasis KTSP dan menggunakan seluruh
alat yang tersedia atau ditambah dari luar kit, terdapat pengenalan alat, cara
merakit, serta ada langkah-langkah percobaan, secara rinci dan mudah difahami.
Kertas ukuran A4, gramatur min 70 gr/m2. Sampul artpaper 120 mg, warna hijau.
Terdapat nama, alamat, nomor telepon, alamat e-mail pada sampul belakang.
26. Tray (Dudukan) Alat
Bahan Vacuum plastik warna putih, tebal minimum 1,6 mm, kokoh,
memiliki lekukan-lekukan (coakan-coakan) yang jumlah dan bentuknya sesuai
dengan jumlah dan bentuk item yang ditempatkan. Ukuran sesuai dengan
ukuran bagian dalam boks kit, ada merk (simbol produsen). Kedua tingkat tray
mudah dikeluarkan dan dimasukan ke boks kit. Pinggiran kedua lembaran vacuum
plastic dari setiap tray disatukan (dengan system lem atau ultrasonic welder)
secara rapih dan kokoh (tak ada yang lepas)
27. Boks Kit
Boks kit merupakan boks injection moulding bahan plastic atau bahan
lain yang lebih kokoh ukuran 60 x 26 x 16 cm, warna hijau. Bentuk kotak kokoh,
penutup boks dilengkapi dengan engsel dan pengunci yang kuat di dua tempat.
Penutup bok pada posisi terbuka membentuk sudut 120 sampai 130 derajat,
dilengkapi pegangan (bukan tali) pada kedua sisi samping untuk memudahkan
mobilitas.
Nama kit dan nama/logo perusahaan (ukuran proporsional, nama/logo perusahaan tidak menonjol) disablon permanen pada 4 sisi boks (atas, samping kanan, samping kiri dan depan). Pada sisi tutup bagian dalam disablon gambar tata letak dan nama setiap komponen.
Nama kit dan nama/logo perusahaan (ukuran proporsional, nama/logo perusahaan tidak menonjol) disablon permanen pada 4 sisi boks (atas, samping kanan, samping kiri dan depan). Pada sisi tutup bagian dalam disablon gambar tata letak dan nama setiap komponen.
Optik adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku dan sifat
cahaya dan interaksi cahaya dengan materi. Optik dijelaskan dan ditandai dengan
fenomena optik. Kata berasal dari ὀπτική
optik Latin, yang berarti tampilan.
Bidang optik biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak, sinar
inframerah dan ultraviolet, tetapi sebagai cahaya adalah gelombang
elektromagnetik, fenomena yang sama juga terjadi dalam bentuk sinar-X,
gelombang mikro, gelombang radio, dan lainnya gejala radiasi elektromagnetikdan
mirip maupun pada balok muatan partikel (balok dibebankan). Optik secara umum
dapat dianggap sebagai bagian darikeelektromagnetan. Beberapa gejala optis
bergantung pada sifat kuantum cahaya yang terkait dengan beberapa bidang optik
kuantum hinggamekanika. Dalam prakteknya, sebagian besar fenomena optik dapat
dihitung dengan menggunakan sifat daricahaya elektromagnetik, seperti yang
dijelaskan oleh persamaan Maxwell.
Bidang optik memiliki identitas, masyarakat, dan konferensi. Aspek
lapangan sering disebut ilmu optik atau fisika optik. Ilmu optik terapan sering
disebut rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik yang terkait khusus dengan
sistem iluminasi (iluminasi) disebut rekayasa pencahayaan. Setiap disiplin
cenderung sedikit berbeda dalam aplikasi, keterampilan teknis, fokus, dan
afiliasi profesionalnya. Inovasi lebih baru dalam rekayasa optik sering
dikategorikan sebagai fotonika atau Optoelektronik. Batas-batas antara bidang
ini dan "optik" yang tidak jelas, dan istilah yang digunakan berbeda
di berbagai belahan dunia dan dalam berbagai bidang industri.
Karena aplikasi yang luas dari ilmu "cahaya" untuk
aplikasi dunia nyata, ilmu optik dan rekayasa optik cenderung sangat
interdisipliner. Ilmu optik merupakan bagian dari berbagai disiplin terkait
termasuk elektro, fisika, psikologi, kedokteran (khususnya optalmologidan
optometri), dan lain-lain. Selain itu, perilaku optik yang paling lengkap,
seperti dijelaskan dalam fisika, tidak selalu rumit untuk kebanyakan masalah,
jadi model sederhana dapat digunakan. Model sederhana ini cukup untuk
menjelaskan sebagian besar perilaku fenomena optik dan mengabaikan relevan dan
/ atau tidak terdeteksi pada suatu sistem.
Dalam ruang bebas dengan kecepatan gelombang bepergian c = 3 × 10 ^
8 meter / detik. Ketika memasuki medium tertentu (dielectric atau
nonconducting) gelombang dengan kecepatan v, yang merupakan karakteristik dari
bahan dan kurang dari cahaya besarnyakecepatan sendiri (c). Perbandingan
kecepatan cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya dalam medium adalah
indeks bias bahan n sebagai berikut: n = c / v
·
MACAM ALAT
OPTIK
Alat optik adalah alat yang berupa benda bening yang digunakan
untuk menghasilkan bayangan melalui pemantulan atau pembiasan cahaya. Ada
banyak macam alat optik, di antaranya seperti mata, karmera, lup, mikroskop,
dan teleskop.
a.
Mata
Mata adalah
alat optik yang digunakan untuk melihat yang dimiliki oleh manusia dan hewan.
Mata adalah Satu-satunya alat optik yang canggih dan bukan buatan manusia.
Sifat bayangan pada mata adalah nyata, terbalik, dan dapat diperkecil. Mata
memiliki bagian-bagian yang sifat dan fungsinya berbeda-beda. Berikut ini
adalah bagian-bagian mata:
1)
Kornea
a)
Bersifat tembus
pandang (bening)
b)
Selalu dibasahi
air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata.
c)
Berfungsi untuk
melindungi lensa mata.
2)
Iris (selaput
pelangi)
Iris disebut dengan selaput pelangi, karena
tiap manusia dari ras yang berbeda memiliki warna iris yang berbeda pula. Ada
orang yang memiliki iris berwarna hitam, cokelat, biru, dan hijau. Berfungsi
untuk memberi warna mata.
3)
Pupil
Pupil adalah celah lingkaran yang terdapat di tengah-tengah iris. Pupil berfungsi
sebagai shutter. Pupil dapat melebar dan dapat juga menyempit. Melebar dan
menyempitnya pupil tergantung pada intensitas cahaya yang masuk ke mata. Pupil
menyempit ketika cahaya terang dan membesar ketika cahaya redup.
4)
Lensa mata
Lensa mata merupakan lensa cembung. Bedanya, kalau lensa mata
bersifat lentur sehingga dapat berubah menebal atau menipis. Kemampuan menebal
dan menipisnya lensa mata disebut dengan daya akomodasi. Lensa
mata dapat menebal atau menipis karena adanya otot akomodasi mata. Lensa
mata berfungsi untuk memfokuskan bayangan supaya jatuh di retina (bintik
kuning).
5)
Retina
Retina mata fungsinya sebagai tempat jatuhnya bayangan hasil
proyeksi lensa
mata. Retina terdiri atas bintik kuning yang peka terhadap cahaya karena mengandung jutaan sel saraf dan bintik buta yang tidak peka terhadap cahaya.
mata. Retina terdiri atas bintik kuning yang peka terhadap cahaya karena mengandung jutaan sel saraf dan bintik buta yang tidak peka terhadap cahaya.
6)
Sel saraf
Sel saraf berfungsi menangkap sinyal visual dan mengirimkannya ke saraf
pusat penglihatan di otak. Ada dua macam sel saraf pada mata, yaitu sel batang dan sel kerucut.
pusat penglihatan di otak. Ada dua macam sel saraf pada mata, yaitu sel batang dan sel kerucut.
Dalam mekanisme pembentukan bayangan pada mata, dikenal adanya
titik dekat dan titik jauh mata.
1. Titik dekat {Punctum Proximum/PP)
Titik
dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat jelas oleh mata dengan
berakomodasi maksimum. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik dekat mata/ PP
= 25 cm.
2. Titik jauh (Punctum Remotum/PR)
Titik
jauh adalah jarak terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata tanpa
berakomodasi. Untuk mata normal (emetrop), nilai titik jauh mata/PR = °° (tak
terhingga).
Dalam perkembangannya, banyak manusia yang mengalami gangguan
penglihatan.
Gangguan penglihatan itu sering disebut juga sebagai cacat mata. Beberapa macam contoh dari cacat mata adalah:
Gangguan penglihatan itu sering disebut juga sebagai cacat mata. Beberapa macam contoh dari cacat mata adalah:
1. Miopi (rabun jauh/mata dekat)
Penderita miopi memiliki mata yang tidak dapat melihat benda jauh
dengan jelas karena daya akomodasinya terlalu lemah. Pada penderita miopi,
bayangan benda jatuh di depan retina. Cacat mata miopi dapat dibantu dengan
cara menggunakan kacamata lensa positif (cembung).
2.
Hipermetropi
(rabun dekat/mata jauh)
Penderita hipermetropi memiliki mata yang tidak dapat melihat
benda-benda pada jarak dekat. Karena daya akomodasi yang lemah, bayangan benda
jatuh di belakang retina. Cacat mata hipermetropi dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata lensa negatif (cekung).
3.
Presbiopi (mata
tua)
Presbiopi adalah cacat mata yang timbul akibat daya akomodasi mata
berkurang, karena faktor pertambahan usia sehingga letak titik dekat dan titik
jauh mata bergeser. Penderita presbiopi dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata berlensa rangkap (lensa positif dan negatif sekaligus).
4.
Astigmatisma
Astigmatisma adalah cacat mata yang disebabkan karena kornea mata
tidak berbentuk sferis (irisan bola), melainkan melengkung pada satu bidang
dari bidang yang lain (berbentuk silinder). Penderita astigmatisma dapat
dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa silindris.
b.
Kamera
Kamera adalah alat optik yang memiliki mekanisme mirip dengan mekanisme
kerja mata. Kamera memiliki bagian-bagian sebagai berikut.
1.
Film
2.
Lensa kamera
(lensa cembung)
3.
Diafragma
4.
Pengatur focus
5.
Pengatur
kecepatan pembukaan dan penutupan layar.
Sifat bayangan kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.
c.
Lup
Lup adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa cembung (lensa
positif). Lup berfungsi untuk dapat memperbesar benda-benda kecil yang masih
dapat dilihat dengan mata telanjang. Sifat bayangan yang dihasilkan lup adalah
maya, tegak, dan diperbesar.
d.
Mikroskop
Mikroskop adalah alat optik yang terdiri atas dua lensa cembung
(lensa positif), yakni sebagai lensa objektif dan lensa okuler. Mikroskop ini
berfungsi untuk melihat benda-benda renik yang tak dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang, seperti bakteri, mikroba, virus, serta sel-sel tumbuhan,
hewan, dan manusia. Bagian-bagian mikroskop terdiri atas:
a)
Lensa objektif, yakni lensa yang dekat dengan
objek yang diamati.
b)
Lensa
okuler, yakni lensa yang dekat dengan mata pengamat.
e.
Teropong
Teropong adalah alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda
yang sangat jauh sehingga tampak lebih dekat dan jelas. Ada dua jenis teropong
sebagai berikut:
a. Teropong bias, yakni teropong yang menggunakan lensa objektif untuk
membiaskan cahaya. Contohnya seperti teropong bintang, teropong Bumi, teropong
panggung, dan teropong prisma (binokular).
b. Teropong pantul, yakni teropong yang menggunakan cermin cekung
besar sebagai objektif untuk memantulkan cahaya. Contohny seperti teropong
pantul astronomi.
D.
Metode Penelitian
1.
Tempat dan
Waktu Praktikum
Tempat :
Laboratorium IPA-2 FMIPAUNY
Waktu : Senin, 17 September 2013
Pukul 11.00 – 12.40 WIB
2.
Alat dan Bahan
- KIT Optik
3.
Prosedur
|
E. Hasil Rancangan
1.
Rancangan percobaan Perambatan Cahaya
a. Tujuan
Meneliti sifat perambatan cahaya
b. Alat dan Bahan
·
Rel presisi 1
buah
·
Pemegang slaid diafragma 1
buah
·
Diafragma 5 celah 1
buah
·
Meja optik 1
buah
·
Tumpakan berpenjepit 1
buah
·
Kaki rel 1
buah
·
Rumah lampu 1
buah
·
Catu daya 1
buah
·
Kabel penghubung 1
buah
·
Kertas HVS 1
lembar
c. Langkah Percobaan
1.
Tahap Persiapan
2. Mempersiapkan alat dan bahan
3. Menyusun alat dan bahan seperti gambar diatas
4. Memasang sehelai kertas dimeja optik
5. Memasang diafragma 5 celah pada pemegang slaid
6. Memutar laras sumber cahaya sehingga
filamennya tegak (vertikal)
7. Menyalakan lampu dengan menghidupkan catu daya
8. Mengamati berkas sinar diatas meja optik
9. Menggambar jejak sinar pada kertas dan
menyelidiki dengan menggunakan mistar, lurus atau bengkok jalan sinarnya.
F. Pembahasan
Percobaan “Pengenalan Dan Penggunaan Alat KIT” yang dilakukan pada
tanggal 17 September 2013
bertujuan untuk mengetahui dan mengenal alat-alat yang ada dalam KIT IPA (KIT
Optik, KIT Magnet, KIT Listrik), mengetahui teknik penyiapan dan penggunaan
alat-alat tersebut dalam percobaan IPA sesuai KTSP SMP/MTs, dan untuk dapat
merangkai dan merancang bangun percobaan-percobaan dengan alat KIT IPA. Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah KIT Optik. .Langkah
kerja dalam percobaan ini adalah pertama-tama menyiapkan salah satu jenis KIT
IPA.Lalu membuka KIT, mengamati, dan mengidentifikasi komponen-komponen yang
ada.Setelah itu, merancang percobaan IPA dengan komponen-komponen yang ada
dalam KIT sesuai dengan KTSP SMP dan merangkainya.Langkah terakhir yaitu
menggambar dan memotret rangkaian yang sudah jadi. Pada
praktikum kali ini, kami menggunakan KIT Optik dengan menggunakan percobaan perambatan cahaya yang
memiliki tujuan yaitu meneliti sifat perambatan cahaya. Untuk percobaan meneliti sifat perambatan cahaya, kami menggunakan
alat dan bahan antara lain Rel presisi, Pemegang slaid diafragma, Diafragma 5 celah, Meja optik, Tumpakan berpenjepit, Kaki rel, Rumah lampu, Catu daya, Kabel penghubung,
dan Kertas HVS.
Rangkaian kemudian disusun seperti pada skema percobaan. Kemudian
mengamati berkas sinar yang diterima meja optik yang sebelunya telah dilewatkan
pada diafragma 5 celah. Setelah diamati, berkas cahaya tersebut merambat lurus
melewati diafragma 5 celah. Hal ini berlaku baik sumber cahaya berupa lampu
yang dipasang vertikal dalam posisi sejajar ataupun sedikit dimiringkan. Hasil
pengamatan sinar yang tertangkap oleh meja optik adalah memiliki bentuk seperti
celah pada diafragma. Akan tetapi untuk
ukuran dan tingkat kejelasannya dipengaruhi oleh jarak diantara ketiganya yaitu
sumber cahaya, celah, dan layarnya. Semakin berdekatan jarak diantara ketiganya
maka berkas cahaya yang diterima oleh layar akan terlihat semakin jelas. Akan
tetapi untuk sebaliknya jika jarak diantara ketiganya semakin berjauhan maka
berkas cahaya yang diterima oleh layar akan semakin kabur dan tidak jelas
bentuknya.
Hasil pengamatan ini menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu
merambat lurus melalui medium tertentu. Akan tetapi dalam kenyataannya tanpa
medium pun cahaya dapat merambat misalnya cahaya matahari yang dapat merambat
pada ruang hampa untuk sampai ke bumi. Hal ini menimbulkan perbadaan pendapat
bagi para ilmuan bahwa cahaya termasuk ke dalam gelombang atau pada partikel.
Akhirnya salah seorang ilmuan bernama Albert Einstein pada sekitar abad ke-20
mengemukakan bahwa cahaya adalah partikel sekaligus sebagai gelombang.
Perambatan cahaya paling baik dijelaskan dengan model gelombang tetapi
pemahaman tentang pemancaran dan penyerapan memerlukan pendekatan partikel.
Untuk cahaya sebagai gelombang, cahaya memiliki ciri-ciri antara lain :
a.
Cahaya dapat di
pantulkan (refleksi)
b.
Cahaya dapat
dibiaskan (refraksi)
c.
Cahaya dapat
mengalami pelenturan (difraksi)
d.
Cahaya dapat
dijumlahkan (interferensi)
e.
Cahaya dapat
diuraikan (dispersi)
f.
Cahaya dapat
mengalami pengkutuban (polarisasi)
Untuk cahaya yang bersifat sebagai partikel contoh penerapannya
yaitu pada efek fotolistrik. Cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi
dengan energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan sebagai
gelombang tetapi lebih mendekati bentuk partikel. Partikel cahaya dalam bentuk
kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat
lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton. Jika seberkas sinar-X
ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami
perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi lebih
besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya,
yaitu Arthur Holly Compton.Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan
dengan elektron (seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron
bebas yang diam menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah
membentuk sudut terhadap arah foton mula-mula.
Selain itu cahaya juga memilki ciri antara lain sebagai berikut:
a.
Cahaya dapat di
pantulkan (refleksi)
Ketika
gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar misalnya sebuah
cermin, gelombang-gelombang bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena
tersebut dinamakan refleksi. Refleksi (pemantulan) merupakan perubahan arah
rambat cahaya ke arah sisi (medium) asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua
medium. Refleksi terjadi pada bidang batas antara dua medium berbeda
seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, dalam kasus dimana sebagian
energi datang direfleksikan dan sebagian ditransmisikan.
b.
Cahaya dapat
dibiaskan (refraksi)
Ketika
sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua
medium berbeda, misalnya sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut
direfleksikan dan memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang
ditransmisikan tersebut disebut refraksi
c.
Cahaya dapat
mengalami pelenturan (difraksi)
d.
Cahaya dapat
dijumlahkan (interferensi)
e.
Cahaya dapat
diuraikan (dispersi)
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih)
menjadi cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal itu membuktikan
bahwa cahaya putih terdiri atas harmonisasi berbagai cahaya warna dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda.
Cahaya putih biasanya merupakan superposisi dari
gelombang-gelombang dengan panjang gelombang yang membentang melalui seluruh
spektrum tampak. Cahaya tampak yaitu cahaya yang sensitif bagi mata kita, yang jatuh pada kisaran 400 nm
sampai 750 nm. Kisaran ini dikenal sebagai spektrum tampak, dan didalamnya
terdapat warna-warna dari ungu sampai merah. Cahaya dengan panjang gelombang
yang lebih pendek dari 400 nm disebut ultraviolet (UV) dan cahaya dengan
panjang gelombang lebih besar dari 750 nm disebut inframerah (IR-infrared).
Walaupun mata manusia tidak sensitif terhadap UV dan IR, beberapa jenis film
fotografi bereaksi terhadap cahaya-cahaya ini.
Tabel
panjang gelombang dari beberapa warna
Warna
|
Panjang
Gelombang
|
Ungu
|
400 - 440 nm
|
Biru
|
440 - 495 nm
|
Hijau
|
495 - 580 nm
|
Kuning
|
580 - 600 nm
|
Orange
|
600 - 640 nm
|
Merah
|
640 - 750 nm
|
Cahaya putih (polikromatik) yang dirambatkan pada prisma kaca
mengalami dispersi sehingga membentuk spektrum warna-warna pelangi. Dispersi
gelombang yang terjadi dalam prisma kaca
terjadi karena kaca termasuk medium dispersi untuk gelombang cahaya. Sebuah
prisma mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna-warna
pelangi. Hal ini terjadi karena indeks bias materi bergantung pada panjang
gelombang, seperti ditunjukkan untuk beberapa materi seperti pada tabel. Cahaya
putih merupakan campuran dari semua panjang gelombang yang tampak, dan ketika
jatuh pada prisma, panjang-panjang gelombang yang berbeda tersebut dibelokkan
dengan derajat yang berbeda-beda. Peristiwa dispersi ini terjadi karena
perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami
deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar. Setiap warna
mengalami pembiasan yang berbeda. Setiap warna mengalami deviasi dari arah
semula. Sudut yang dibentuk oleh sinar yang keluar dengan sinar datang
dinamakan sudut deviasi.
f.
Cahaya dapat
mengalami pengkutuban (polarisasi)
Cahaya, seperti halnya semua radiasi elektromagnet yang disebutkan
oleh teori elektromagnet sebagai gelombang transversal yakni dimana vektor
listrik dan vektor magnet yang bergetar adalah tegak lurus kepada arah
perambatannya. Polarisasi adalah karakteristik semua gelombang transversal.
Untuk sebuah dawai yang berada dalam kesetimbangan sepanjang sumbu x,
pergeseran yang dapat berada sepanjang arah y, dalam hal ini, dawai tersebut
selalu terletak pada bidang xy. Tetapi pergeseran tersebut mungkin juga berada
sepanjang sumbu z, maka dawai terletak pada bidang xz.
Bila sebuah gelombang hanya mempunyai pergeseran y, kita mengatakan
bahwa gelombang tersebut terpolarisasi linear dalam arah y, sebuah gelombang
hanya dengan pergeseran z dalah terpolarisasi linear dalam arah z. Untuk
gelombang mekanik kita dapat membangun sebuah saringan polarisasi atau
pemolarisasi yang hanya mengijinkan gelombang dengan arah polarisasi tertentu
untuk lewat.
DAFTAR PUSTAKA
Endarko & Yudhoyono, Gatot. 2007. FISIKA. Jakarta:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI.
Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Sears & Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika
dan Fisika Modern. Bandung: Bina Cipta
Young & Freedman. 2003. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Jilid II. Jakarta: Erlangga.
0 comments:
Post a Comment